Perjalanan menuju kesempurnaan adalah proses menentukan setiap tapak
langkah kita. Yang membuat “lebih” dari langkah kita adalah kemampuan
memanfaatkan waktu untuk melakukan beragam hal dengan maksimal. Baik
untuk diri sendiri ataupun orang lain. Lantas, apa artinya waktu bagi
kita sebagai fotografer?
Menurut saya, sebuah foto berusaha
menangkap waktu. Kamera, membekukan, dan mengabadikannya. Tapi yang
terekam hanyalah citra dari sebuah pemandangan di depan kamera. Waktu
selalu ada di luar foto-foto itu, sehingga penafsiran sebuah foto selalu
dipengaruhi oleh historisitasnya kapan seseorang memandang foto itu.
Gambar dalam foto boleh terandaikan abadi, namun maknanya selalu
bergeser bersama waktu.
Foto merupakan kala citra. Kala berarti
waktu, dan citra adalah gambaran. Gambar-gambar yang terekam oleh kamera
terbagi oleh citra yang berdimensi waktu. Waktu, menurut saya sebagai
seorang fotografer adalah: moment. Apalah artinya sebuah gambar bila
moment yang saya rekam tidak memberikan sebuah roh atau jiwa dari foto
tersebut. Andai saja kita tidak bisa menggunakan waktu dengan baik, maka
moment sebuah obyek foto akan “menguap” atau terlewatkan begitu saja.
Saya
akan mencoba mengutip sebuah pepatah bijak. “Bila kau ingin tahu apa
artinya waktu 1 tahun, tanyakan pada siswa yang tidak naik kelas. Makna 1
bulan, tanyalah kepada ibu yang melahirkan premature. Makna 1 minggu,
tanyalah seorang editor majalah mingguan. Makna 1 hari, tanyalah seorang
yang bekerja dengan gaji harian. Makna 1 jam, tanyalah seorang gadis
yang sedang menunggu kekasihnya.
Kemudian, makna 1 menit,
tanyalah seorang yang ketinggalan kereta. Bila kau ingin tahu apa
artinya watu sedetik, tanyakan pada atlet lari 100 meter. Atau jika kau
ingin tahu tentang makna waktu dan hidup, tanyakan pada orang yang akan
dihukum mati esok hari.” Berikutnya, apa rahasia terbesar dalam hidup
ini? Menurut saya, jalani kehidupan hari ini dengan penuh makna. Waktu
kadang terasa cepat, kadang pula lambat. Selama perjalanan hidup ini,
waktu menjadi guide line hidup saya ke depan. Dengan menghargai waktu,
sudah sepantasnya kita membuat rencana hidup menjadi lebih bermakna
untuk diri saya dan masyarakat pada umumnya.
Saat kaki melangkah
untuk mewujudkan cita-cita, terkadang bisa berubah tanpa kita sadari.
Semua sudah ada yang mengatur yaitu: TUHAN. Kita tak boleh menyesali,
mengapa tidak sesuai rencana yang kita inginkan. Harus disadari, tak
seorang yang mampu membuat sebuah rencana hidup dengan sempurna. Semua
sudah ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa. Percayalah, pasti ada sebuah
rencana besar yang sudah TUHAN buat untuk diri kita.
Ketika
merenungkan lagi tentang Sang Waktu, saya makin tak tahu. Semakin saya
renung, makin misterilah Sang Waktu. Yah, lebih baik saya jalani saja
waktu. Kehidupan berjalan terus beriringan dengan Sang Waktu. Kapan
berawal, kapan berakhir, kapan hidup, kapan mati, siapa yang tahu?
Contohnya
seperti perjalanan hidup saya sebelum menggeluti dunia fotografi. Pada
awalnya saya sudah berprofesi sebagai pilot. Tetapi, selama berjalannnya
waktu, hati dan pikiran ini mengarahkan saya untuk menekuni profesi
sebagai fotografer. Padahal teknik fotografi belum saya kuasai. Karena
waktu sudah menjadi guide line hidup saya, maka saya berusaha sekuat
tenaga dan sebaik mungkin untuk memanfaatkan waktu menjadi lebih berarti
bagi diri saya dan masyarakat. Saya manfaatkan waktu untuk terus
belajar dan berkarya.
Dan kini seiring berjalannya waktu dan
bertambahnya usia, I only lives in twice. Once as a pilot and the other
one as a photographer. Waktu adalah sesuatu yang tak akan pernah
kembali. Dia akan berjalan terus, walaupun ada yang menangis bersujud
memintanya berhenti. Orang yang hebat adalah orang yang bisa berjalan
beriringan dengan waktu. Bukan orang yang tertinggal oleh waktu.
By : Darwis Triadi